Ruangsak Loychusak dan Kursi 11A: Kisah Selamat yang Membekas Seumur Hidup -->

Header Menu


Ruangsak Loychusak dan Kursi 11A: Kisah Selamat yang Membekas Seumur Hidup

Hilma Putri Pratama
Senin, 16 Juni 2025

 


Sterilnews.com -, Jakarta — Di balik sorot lampu panggung dan senyum selebritasnya, Ruangsak Loychusak, penyanyi dan aktor kenamaan asal Thailand yang dikenal dengan nama James Ruangsak, menyimpan kisah yang membekas dalam hidupnya—sebuah pengalaman yang hampir merenggut nyawanya, namun justru memberinya pandangan hidup baru.


Namanya kembali ramai diperbincangkan setelah ia mengungkap bahwa dirinya selamat dari kecelakaan pesawat 27 tahun lalu saat duduk di kursi 11A. Angka dan kursi itu tiba-tiba menjadi simbol harapan ketika insiden tragis lainnya terjadi—kecelakaan pesawat Air India di Ahmedabad, Kamis (12/6), yang hanya menyisakan satu korban selamat bernama Viswashkumar Ramesh, yang secara kebetulan juga duduk di kursi 11A.


Trauma yang Tak Terlihat


Dalam sebuah unggahan emosional di media sosialnya, James Ruangsak menyampaikan bahwa trauma yang ia alami jauh lebih dalam dari yang bisa dilihat orang. Setelah kecelakaan di tahun 1998 itu, hidupnya tidak pernah benar-benar kembali normal.


“Saya takut naik pesawat selama 10 tahun setelah kecelakaan. Saya kerap kesulitan bernapas, meski sirkulasi udaranya normal,” ujarnya.

 

Kecelakaan tersebut, yang terjadi ketika ia masih berada di puncak karier, menyisakan luka batin yang sulit dihapus. Bukan hanya tentang suara dentuman atau rasa takut, tapi juga kenangan akan bau air rawa, langit gelap, dan hujan petir—semua itu menjadi pemicu kecemasan yang menyergap sewaktu-waktu.


“Jika saya melihat awan gelap atau hujan petir, saya langsung merasa tidak nyaman, seolah saya berada di neraka,” kenang Ruangsak dengan nada getir.

 

Kenangan yang Tak Pernah Pudar


Ia menuturkan bahwa suara, aroma, bahkan rasa air tempat pesawat itu jatuh, masih melekat kuat dalam memorinya. Tak peduli berapa lama waktu telah berlalu, perasaan selamat dari maut tetap meninggalkan bekas mendalam.


“Saya masih ingat betul suara, aroma, bahkan rasa air rawa tempat pesawat itu jatuh. Untuk waktu yang sangat lama, saya simpan perasaan ini untuk saya sendiri.”

 

Kini, lebih dari dua dekade sejak insiden itu, James merasa sudah saatnya untuk membuka diri dan berbagi kisah selamatnya kepada dunia. Bukan hanya sebagai catatan pribadi, tetapi sebagai bentuk empati terhadap orang lain yang mengalami trauma serupa.


Bukan Sekadar Angka Kursi


Dalam unggahan terpisah, Ruangsak menekankan bahwa nasib selamatnya bukan semata karena duduk di kursi 11A, melainkan karena alasan yang lebih besar yang belum sepenuhnya bisa ia pahami.


“Nomor kursi hanyalah bagian kecil dari sebuah cerita yang jauh lebih besar,” ujarnya.

 

Ia mengaku akan segera merilis video berbahasa Inggris yang mendokumentasikan pengalamannya secara utuh, termasuk perjalanannya pulih dari trauma, bagaimana insiden tersebut mengubah perspektif hidupnya, dan pesan yang ingin ia sampaikan kepada dunia.


James ingin kisahnya menjadi pelajaran tentang ketahanan, harapan, dan keajaiban. Bahwa meski hidup bisa berubah dalam sekejap, selalu ada alasan untuk terus melangkah.


Simbol Harapan dari Kursi 11A


Kisah Ruangsak menjadi sorotan kembali karena insiden Air India yang menewaskan 279 orang, menyisakan hanya satu korban selamat—Ramesh—yang juga duduk di kursi 11A. Publik internasional mulai melihat kursi itu sebagai simbol keselamatan, atau bahkan keajaiban.


Media sosial pun ramai dengan warganet yang membagikan cerita Ruangsak berdampingan dengan foto Ramesh, menyebutnya sebagai “kebetulan yang tidak biasa” atau “pesan dari alam semesta”.


Meski tentu saja tak ada bukti ilmiah tentang keberuntungan dari sebuah nomor kursi, kisah ini tetap menggugah banyak orang, terutama mereka yang memiliki ketakutan terhadap penerbangan atau sedang berjuang menghadapi trauma.


Mengubah Luka Menjadi Cahaya


Selama bertahun-tahun, James Ruangsak memilih untuk menyimpan luka itu sendiri, fokus pada karier musik dan aktingnya. Namun kali ini, ia mengambil langkah berbeda: berani jujur kepada dunia.


Keputusan ini bukan demi popularitas, tapi demi merayakan hidup—bahwa setiap hari adalah kesempatan baru. Ia kini berkomitmen untuk menjadi suara bagi para penyintas, dan menunjukkan bahwa ketakutan bukan untuk dihindari, tapi untuk dihadapi dengan keberanian dan kasih pada diri sendiri.


Tag Terpopuler