Sterilnews.com -, Jakarta — Nilai tukar rupiah ditutup menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin sore (2 Juni 2025). Berdasarkan data perdagangan pasar spot, rupiah mengakhiri sesi di level Rp16.253 per dolar AS, menguat sebesar 73 poin atau 0,45 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) melalui Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat rupiah berada di posisi Rp16.297 per dolar AS pada hari yang sama.
Penguatan Didukung Faktor Eksternal dan Domestik
Penguatan rupiah tak datang secara tiba-tiba. Menurut analis dari Doo Financial Futures, salah satu pendorong utama penguatan rupiah adalah melemahnya dolar AS secara global, yang dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi eskalasi tarif oleh Donald Trump, menjelang pemilihan presiden AS akhir tahun ini.
Dari sisi domestik, surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$160 juta (Rp2,5 triliun) pada April 2025 turut memberikan sentimen positif. Surplus ini mencerminkan ekspor yang masih kuat, di tengah tantangan ekonomi global.
Tak hanya itu, data terbaru yang menunjukkan penurunan angka inflasi di dalam negeri juga ikut menyumbang keyakinan pasar. Inflasi yang terkendali membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan kebijakan moneter, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
“Inflasi Indonesia yang kembali turun juga memicu harapan pemangkasan suku bunga yang akan mendukung perekonomian,” ungkap analis Doo Financial Futures.
Kinerja Mata Uang Asia Campur Aduk
Rupiah bukan satu-satunya mata uang Asia yang mencatatkan kinerja positif. Sejumlah mata uang regional juga menunjukkan tren penguatan:
-
Yen Jepang naik 0,67 persen
-
Dolar Singapura menguat 0,2 persen
-
Won Korea Selatan menguat 0,63 persen
-
Peso Filipina naik tipis 0,06 persen
-
Baht Thailand mencatat kenaikan tertinggi, sebesar 0,9 persen
Namun, tidak semua mata uang Asia berhasil terapresiasi. Yuan China dan ringgit Malaysia justru melemah masing-masing 0,18 persen terhadap dolar AS.
Mata Uang Negara Maju Ikut Menguat
Penguatan juga tercermin di mata uang negara-negara maju. Euro Eropa dan poundsterling Inggris masing-masing naik 0,6 persen dan 0,66 persen. Dolar Australia mencatat penguatan sebesar 0,81 persen, sementara franc Swiss naik tipis 0,04 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pelemahan dolar AS bersifat global, bukan hanya terbatas di kawasan Asia.
Tantangan Masih Mengintai
Meski rupiah berhasil menguat hari ini, sejumlah tantangan tetap perlu diwaspadai. Ketidakpastian global, seperti geopolitik di Timur Tengah, potensi kenaikan suku bunga The Fed, serta dinamika politik domestik jelang Pilkada Serentak 2025, bisa memicu volatilitas di pasar keuangan Tanah Air.
Namun untuk saat ini, penguatan rupiah memberikan sinyal positif kepada pelaku pasar bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia tetap relatif stabil di tengah guncangan eksternal.

