Dolar AS Rontok, Rupiah & Mata Uang Asia Bersinar -->

Header Menu


Dolar AS Rontok, Rupiah & Mata Uang Asia Bersinar

Hilma Putri Pratama
Sabtu, 05 Juli 2025

 


Sterilnews.com -, Jakarta – Kinerja mata uang Asia mencatat pekan gemilang. Rupiah menjadi salah satu yang menikmati berkah dari ambruknya dolar Amerika Serikat (AS), yang saat ini tercatat sebagai yang terburuk dalam setengah abad terakhir.


Merujuk data Refinitiv, rupiah ditutup di level Rp 16.180 per US$1 pada Jumat (4/7/2025), menguat tipis 0,03% secara harian dan memperpanjang reli ke dua hari berturut-turut. Ini merupakan posisi terkuat sejak 29 Januari 2025, saat rupiah menyentuh Rp 16.170 per dolar.


Sepanjang pekan ini, rupiah menguat 0,12%, melanjutkan penguatan dua pekan beruntun setelah pekan sebelumnya melonjak 1,11%.


Namun, dibandingkan mata uang Asia lainnya, performa rupiah belum paling unggul. Dolar Taiwan memimpin penguatan dengan kenaikan 0,62%, disusul baht Thailand yang naik 0,49%. Hanya rupee India dan dong Vietnam yang tercatat melemah, masing-masing 0,26%, dengan tekanan pada dong didorong oleh kesepakatan dagang AS-Vietnam.


Indeks Dolar Anjlok, Terburuk dalam 52 Tahun


Indeks dolar AS ditutup pada level 97,18 pekan ini, masih lebih baik dibandingkan posisi 26 Juni (97,14), namun tetap berada di level terendah sejak April 2022. Bahkan, selama semester I-2025, indeks dolar terjun 10,7%, menjadi kinerja semester terburuk sejak 1973.


“Kinerja buruk dolar AS disebabkan oleh kombinasi faktor, mulai dari ketidakpastian tarif di bawah Presiden Trump, hilangnya US exceptionalism, hingga kekhawatiran fiskal AS,” ujar Christopher Wong, ahli strategi valas OCBC, dikutip dari The Business Times.

 

Turunnya pamor dolar mendorong aliran modal ke Asia. Investor mulai mencari alternatif dengan fundamental makro yang lebih stabil dan arah kebijakan ekonomi yang jelas.


Asia Menjadi Magnet Baru Investasi Global


Di tengah pelemahan dolar, mata uang seperti ringgit Malaysia dan rupiah menunjukkan penguatan seiring besarnya simpanan valuta asing dan potensi repatriasi dana dari korporasi domestik.


“Cadangan devisa yang kuat di Malaysia dan Indonesia memberikan ruang bagi korporasi untuk melakukan lindung nilai, sekaligus mendukung penguatan mata uang,” jelas Parisha Saimbi, ekonom BNP Paribas.

 

Rupiah, dengan profil imbal hasil tinggi, kini semakin menarik di mata investor global sebagai alternatif dari pasar obligasi AS yang semakin tidak stabil.


Masuknya investasi portofolio, serta dukungan kebijakan moneter yang pro-stabilitas dari Bank Indonesia, memperkuat sentimen positif terhadap rupiah.


Selama fundamental makro Indonesia tetap solid dan risiko geopolitik kawasan relatif rendah, rupiah diprediksi akan terus mempertahankan tren positifnya dalam jangka menengah.


Tag Terpopuler