Haul Kasepuhan Bogor ke-153 Menelusuri Jejak Leluhur, Menyatukan Spirit Budaya dan Agama -->

Header Menu


Haul Kasepuhan Bogor ke-153 Menelusuri Jejak Leluhur, Menyatukan Spirit Budaya dan Agama

Hilma Putri Pratama
Selasa, 01 Juli 2025

 


Sterilnews.com -, Bogor  – Kota Bogor kembali bersiap menyambut Haul Kasepuhan Bogor ke-153, sebuah peringatan sakral yang bukan hanya ritual keagamaan, melainkan juga perayaan budaya dan sejarah lokal yang mengakar kuat di tanah Pajajaran. Acara tahunan ini akan digelar pada Minggu, 13 Juli 2025, dan dipusatkan di dua titik utama, yakni ziarah akbar ke Makam Dalem Sholawat di kawasan Empang dan pergelaran budaya bernapas religius di Alun-Alun Kota Bogor pada malam harinya.


Haul ini menjadi momentum penting untuk merawat ingatan kolektif masyarakat terhadap para kasepuhan—tokoh spiritual, pemimpin adat, dan pelaku sejarah yang menjadi penopang identitas Bogor Raya sejak masa kolonial hingga kini.

Jejak Kasepuhan: Dari Kampung Baru ke Bogor Raya


Salah satu cicit dari tokoh utama yang diperingati, Dalem Sholawat, yaitu Raden Muhammad Padmanegara, menjelaskan bahwa Haul Kasepuhan merupakan bentuk penghormatan terhadap perjalanan spiritual, sosial, dan politik para leluhur yang turut membentuk wajah Bogor modern.


“Haul ini bukan sekadar ritual keagamaan, tapi juga momentum untuk mengenang dan meneladani peran besar para kasepuhan yang menjadi jembatan antara agama, budaya, dan kekuasaan,” ujar Padmanegara dalam Podcast Radar Bogor, Senin (30/6/2025).

 

Ia menjelaskan bahwa sejarah kasepuhan Bogor bermula dari Raden Arya Wiradinata, seorang tokoh dari Cianjur yang membuka wilayah baru yang kala itu masih berupa hutan dan ladang tak bernama. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai Kampung Baru, cikal bakal terbentuknya Bogor Raya.


Estafet kepemimpinan berlanjut ke Raden Tumenggung Wiradireja, lalu kepada putranya Raden Haji Muhammad Tohir, pendiri Masjid Agung Empang. Meski tidak terlibat dalam pemerintahan kolonial, Tohir memilih jalur dakwah sebagai kodi atau mufti, memperkuat pondasi keagamaan masyarakat.


Dalem Sholawat: Ulama, Pemimpin, dan Pendiri Kabupaten


Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam silsilah kasepuhan adalah Dalem Sholawat, yang memiliki nama asli Raden Haji Muhammad Sirodj dan bergelar Raden Adipati Arya Soeriawinata. Dikenal karena karomah serta peran strategisnya, Dalem Sholawat ternyata juga pendiri Kabupaten Purwakarta dan menjabat sebagai bupati selama lebih dari dua dekade.


“Banyak yang tidak tahu, sebenarnya beliau adalah pendiri Kabupaten Purwakarta. Bahkan nama ‘Purwakarta’ itu sendiri merupakan pemberian beliau,” ungkap Padmanegara.

 

Keterangan ini diperkuat oleh penelitian Dr. Ramlan, akademisi asal Purwakarta yang fokus pada kiprah para menak Sunda di era kolonial. Menurutnya, Dalem Sholawat merupakan figur nasional dalam konteks sejarah lokal, yang tak hanya berjasa dalam dakwah, tetapi juga dalam arsitektur pemerintahan daerah di Jawa Barat.


Perpaduan Ritual dan Budaya Sunda


Selain ziarah akbar ke makam Dalem Sholawat, Haul Kasepuhan 2025 juga akan dimeriahkan dengan pertunjukan budaya khas Sunda, antara lain mamaos, rampak kendang, dan pembacaan hikayat kasepuhan yang menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas para leluhur.


Ratusan peziarah diperkirakan hadir, tidak hanya dari Kota dan Kabupaten Bogor, tetapi juga dari Kabupaten Purwakarta dan wilayah lain di Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dijadwalkan hadir sebagai tamu kehormatan dalam pergelaran budaya di malam harinya.


Menghidupkan Nilai, Bukan Sekadar Simbol


Padmanegara menekankan bahwa haul tahun ini mengangkat tema dari falsafah Sunda: "Panineungan ngepelkeun tur nulurkeun dina raraga raksa jaga ditha", yang berarti "Mengenang untuk membersihkan dan meneruskan demi menjaga kota".


“Kami ingin mengajak masyarakat untuk kembali ke akar budayanya, ke nilai-nilai spiritualnya, sambil tetap sadar akan realitas kekinian. Tradisi tidak boleh hanya jadi simbol, tapi juga harus jadi penguat identitas,” tutur Padmanegara.

 

Ia juga menambahkan bahwa Haul Kasepuhan menjadi upaya mengedukasi generasi muda agar tidak tercerabut dari akar sejarah dan budaya, terutama di tengah derasnya arus modernisasi.


Dari Ziarah Menuju Keteladanan


Haul Kasepuhan Bogor ke-153 bukan hanya ajang seremonial, tetapi media transformasi spiritual dan sosial, yang menyatukan nilai-nilai agama, adat, dan tanggung jawab sejarah. Di tengah tantangan zaman, mengenang peran kasepuhan seperti Dalem Sholawat adalah bentuk penghormatan terhadap akar, sekaligus pijakan untuk melangkah ke masa depan yang lebih beradab dan membumi.


Tag Terpopuler