Saat Diet Tradisional Ungguli Tren Modern -->

Header Menu


Saat Diet Tradisional Ungguli Tren Modern

Hilma Putri Pratama
Kamis, 10 Juli 2025

 


Sterilnews.com -, Jakarta – Di zaman ketika media sosial dipenuhi iklan suplemen pelangsing dan program diet kilat, satu pola makan justru mencuri perhatian dunia ilmiah: diet tradisional. Bukan dari pusat kebugaran di New York atau laboratorium kesehatan di Tokyo, tapi dari pedalaman Papua Nugini.


Penelitian baru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Alberta, Kanada, mengungkap bahwa diet yang sederhana, alami, dan kaya serat ternyata jauh lebih efektif menjaga kesehatan usus dibandingkan pola makan modern yang cenderung tinggi gula dan rendah serat.


Padahal, di internet, kita lebih sering disuguhi tren diet ekstrem seperti keto, paleo, atau puasa berkepanjangan. Tak sedikit yang mengikuti tanpa berpikir panjang, rela lapar berkepanjangan demi tubuh ideal, namun mengabaikan efek jangka panjang bagi kesehatan.



Kembali ke Alam, Kembali ke Sehat


Menurut Annissa Armet, asisten pemimpin penelitian dari Faculty of Agricultural, Life & Environmental Sciences (ALES), pola makan tradisional justru menjadi kunci utama dalam memperbaiki keseimbangan mikrobioma dalam usus—ekosistem bakteri baik yang mempengaruhi sistem imun, metabolisme, hingga kesehatan mental.


“Kami menemukan bahwa intervensi berbasis diet tradisional memberikan peningkatan signifikan pada mikrobioma usus dan menurunkan risiko penyakit jantung serta diabetes,” ujarnya dalam publikasi resmi yang dirilis Kamis (13/3).

 

Diet tradisional dalam studi ini didefinisikan sebagai konsumsi makanan utuh, alami, dan kaya serat, seperti yang masih diterapkan di sejumlah komunitas adat, termasuk di Papua Nugini. Ini sangat kontras dengan makanan kemasan, bahkan yang berlabel “sehat”, yang nyatanya sering rendah serat dan tinggi aditif.



Pelajaran dari Papua Nugini


Di sebuah desa kecil di Papua Nugini, makanan bukan tentang kalori atau gram protein, tapi tentang tradisi dan keberlangsungan. Warga hidup dari hasil kebun: ubi, kacang-kacangan, sayuran lokal, dan sesekali daging atau ikan yang diperoleh dari hasil berburu atau menangkap di sungai.


Ternyata, dari pola makan yang tampak sederhana ini, tersembunyi kekuatan besar untuk memperkaya mikrobioma usus.


“Orang-orang di Papua memiliki lebih banyak ragam mikrobioma, terutama Limosinlactobacillus reuteri—bakteri yang berperan penting dalam memperkuat sistem imun dan menjaga usus tetap sehat,” ungkap Jens Walter, profesor dari University College Cork yang terlibat dalam penelitian.

 

Studi tersebut juga menemukan bahwa tingkat inflamasi dalam tubuh masyarakat yang menjalankan pola makan tradisional jauh lebih rendah dibandingkan orang-orang dengan diet modern di negara-negara Barat.



Apa yang Dimakan dalam Diet Tradisional?


Beberapa bahan yang disarankan oleh para peneliti untuk meniru pola makan sehat ini termasuk:

  • Ubi jalar dan singkong: sumber karbohidrat kompleks dan serat.

  • Kacang polong dan kacang tanah: kaya protein nabati dan prebiotik.

  • Sayuran seperti kol, timun, dan bawang bombai: membantu menjaga keseimbangan pH usus.

  • Nasi dan biji-bijian utuh: sumber energi rendah glikemik.


Sebagai pelengkap, konsumsi protein hewani dalam jumlah kecil—seperti ayam, daging sapi, babi, atau salmon—juga disarankan. Tidak dalam porsi besar seperti pada pola makan modern, tetapi lebih sebagai variasi nutrisi.



Hasil Nyata di Laboratorium


Dalam penelitian tersebut, 20 orang dewasa sehat dari Kanada diminta menjalani pola makan tradisional selama beberapa minggu. Hasilnya cukup mencengangkan: terjadi penurunan bakteri pro-inflamasi yang selama ini dikaitkan dengan risiko penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan radang sendi.


Lebih menarik lagi, para partisipan juga melaporkan perbaikan pencernaan, tidur yang lebih nyenyak, dan energi yang lebih stabil sepanjang hari—sesuatu yang tak banyak dijanjikan oleh diet ekstrem.



Lebih dari Sekadar Makanan


Penemuan ini bukan hanya tentang makanan, tapi juga cara hidup. Diet tradisional menekankan kesadaran terhadap asal-usul makanan, memasak sendiri, dan menghindari bahan olahan. Pola hidup ini juga mendorong hubungan yang lebih erat antara manusia dengan alam, sesuatu yang makin hilang dalam kehidupan perkotaan.


“Kita tak perlu menunggu suplemen baru atau teknologi mahal untuk sehat. Kita hanya perlu kembali ke apa yang sudah diajarkan oleh leluhur kita: makan makanan alami, makan secukupnya, dan makan dengan syukur,” kata Armet.

 


Kesimpulan: Tradisi sebagai Solusi Masa Depan


Di era ketika manusia berlomba-lomba mencari "superfood" dan diet paling mutakhir, ternyata jawabannya bisa jadi terletak pada sesuatu yang paling tua: kebijaksanaan lokal. Masyarakat Papua Nugini menunjukkan bahwa kadang, untuk menjadi lebih sehat, kita hanya perlu melihat ke belakang—bukan ke depan.


Dan siapa sangka, di antara ladang ubi dan kol di pegunungan Papua, tersimpan rahasia besar untuk kesehatan dunia?


Tag Terpopuler