Sterilnews.com - Kebaya, sebagai warisan budaya nusantara, tak hanya menjadi simbol busana tradisional, tapi juga identitas perempuan Indonesia yang penuh karakter. Sayangnya, generasi muda kerap menganggap kebaya sebagai busana kuno, kaku, dan hanya cocok dikenakan dalam acara formal. Namun, anggapan itu kini mulai berubah, berkat hadirnya brand lokal Nona Srikaya yang berhasil merebut hati generasi Z lewat gaya kebaya yang ekspresif dan berjiwa muda.
Didirikan pada tahun 2022 oleh Thiifa bersama sang kakak, Dani, seorang perancang busana, Nona Srikaya hadir dengan visi membawa kebaya ke dunia fesyen modern tanpa kehilangan akar tradisinya. Brand ini tidak hanya menjadi angin segar di industri mode lokal, tetapi juga medium kreatif yang memperkenalkan kembali kebaya kepada kalangan muda dengan cara yang relevan, segar, dan penuh warna.
Merayakan Budaya dengan Gaya Personal
Dalam talkshow Kebaya Fest 2025 yang digelar di Pos Bloc Jakarta pada Sabtu, 26 Juli 2025 lalu, Thiifa mengungkapkan bahwa keputusannya membangun Nona Srikaya tidak lepas dari kedekatan emosionalnya dengan budaya Jawa. Neneknya yang ahli kerajinan tangan dan kakek yang merupakan seorang dalang memberi pengaruh besar pada kecintaannya terhadap budaya lokal.
Ketertarikannya terhadap kebaya pun semakin dalam ketika video TikTok miliknya viral pada tahun 2022, memperlihatkan gaya berkebaya yang tidak biasa—berani, berkarakter, namun tetap menghormati pakem kebaya tradisional.
“Kami ingin membawa kebaya ke masa kini tanpa kehilangan esensinya,” ujar Thiifa. “Melalui warna-warna vibrant, siluet yang dinamis, dan motif atraktif, kami ingin menunjukkan bahwa kebaya bisa jadi sangat personal dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.”
Dari Proses Kreatif Hingga Penjahit In-House
Tak hanya dari sisi gaya, proses produksi Nona Srikaya juga unik. Dani sebagai desainer utama, bekerja sama dengan tujuh orang penjahit in-house yang telah dianggap seperti keluarga. Mereka tidak hanya menjahit, tapi juga terlibat dalam proses kreatif, menyumbangkan ide, serta memahami visi yang diusung Nona Srikaya.
Thiifa, yang juga bertindak sebagai muse dan stylist untuk brand ini, memainkan peran penting dalam styling kebaya-kebaya klasik seperti kutubaru, janggan, kartini, dan encim dengan sentuhan personalnya. Ia kerap melakukan improvisasi, memberi opsi pemakaian alternatif, dan menggabungkan busana dengan teknik layering warna dan motif yang berani.
Misalnya, kebaya kutubaru bisa dipadukan dengan rok lilit eksperimental yang terdiri dari berbagai jenis kain, warna, dan pola. “Aku suka menabrakkan motif dan warna karena itulah aku. Dan aku ingin orang lain juga bisa mengekspresikan diri mereka lewat kebaya,” ungkapnya.
Kebaya yang Populer di Kalangan Selebritas
Popularitas Nona Srikaya semakin meningkat ketika kebaya rancangannya dikenakan oleh Tara Basro dan Maudy Ayunda dalam kampanye nasional #KitaBerkebaya oleh Indonesia Kaya, dalam rangka perayaan Hari Kebaya Nasional 2025. Penampilan mereka yang memadukan keanggunan kebaya dengan gaya kekinian berhasil menginspirasi banyak perempuan muda untuk mulai menjadikan kebaya sebagai bagian dari gaya personal, bukan sekadar busana acara formal.
Misi Nona Srikaya: Membawa Kebaya ke Masa Kini
Meski belum berlatar belakang budaya secara akademik, Thiifa mengaku terus belajar tentang sejarah dan filosofi kebaya. Ia meyakini bahwa agar kebaya tetap hidup dan relevan, maka harus dihidupkan kembali lewat pendekatan yang segar dan terbuka terhadap perubahan zaman.
“Kebaya adalah identitas perempuan Indonesia. Tapi kalau kita tidak bisa menjadikannya bagian dari kehidupan modern, ia akan ditinggalkan. Itulah kenapa kami ingin kebaya tidak hanya jadi baju acara pernikahan atau kenegaraan, tapi jadi busana harian yang bisa dipakai siapa saja,” jelasnya.
Sebuah Gerakan, Bukan Sekadar Brand
Lebih dari sekadar brand, Nona Srikaya kini menjadi gerakan fesyen yang mengajak generasi muda untuk mencintai budaya lewat busana. Mereka menumbuhkan kesadaran bahwa kebaya bisa menjadi medium ekspresi diri, tanpa harus melepaskan nilai tradisional.
Dengan gaya yang penuh karakter, sentuhan personal, dan semangat pelestarian budaya, Nona Srikaya berhasil membuktikan bahwa kebaya tidak kaku—ia bisa hidup, berwarna, dan menjadi bagian dari identitas generasi baru.